Blog Iwan Wahyudi

Sekilas tentang Blog IwanWahyudi.net

Sebelum lanjut membaca apa yang ada di blog ini, izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Iwan Wahyudi, Pemilik beberapa blog yang sudah banyak dikenal di Indonesia, khususnya dalam dunia penulisan.

Tapi dalam blog-blog saya sebelumnya saya menulis “to the point” tentang detail jasa penulisan dan marketing online yang saya kelola.

Jadi blog ini sengaja saya buat untuk berbagi berbagai hal yang berkaitan dengan penulisan diantaranya tips, motivasi, panduan, informasi dan peluang penulisan yang mungkin sangat kamu butuhkan.

Bagi Anda yang ingin mendapatkan berbagai info tentang dunia penulisan, maka Anda sudah berada di blog yang tepat, karena disini Anda akan mendapatkan berbagai tips, semangat dan panduan menulis.

Penulisan artikel saya tulis secara bertahap. Maksudnya dalam satu artikel nanti ada penambahan bahan sesuai data dan informasi yang saya terima. Jadi, jangan pernah bosan untuk mengunjung blog ini, bahkan untuk membaca lagi artikel yang pernah Anda baca, ya?

Atau Anda ingin berkenalan dulu dengan saya?

Kenalan dengan Iwan Wahyudi, admin blog ini

Nama saya Iwan Wahyudi,

Seorang penulis, blogger dan publisher service dengan pengalaman menulis 30 an buku personal dan puluhan konten perusahaan. Saya juga mengelola beberapa blog yang mayoritas sudah muncul di page one Google.

Siapakah saya?

Untuk lebih kenal dekat dengan saya, maka saya akan mengilas balik perjalanan hidup saya ke belakang hingga akhirnya saya menjadi penulis seperti sekarang ini.

Perjanan hidup saya tidak bisa dipisahkan dengan Pondok Modern Gontor, Ponorogo, karena saya mendapat banyak pelajaran di pondok ini. Disini saya akan menceritakan bagaimana saya hingga rela menempuh pendidikan setingkat SMA dua kali, jadi setelah tamat di SMU 1 Bondowoso, saya mondok di Gontor yang ijasahnya setara SMU juga.

Ini hasil perenungan ungkapan Guru Agama (PAI) saya saat SMU, bahwa Islam adalah agama komprehensif (agama yang mengatur segala hal dalam kehidupan). Padahal sekeliling saya, saya melihat fungsi agama sangat terbatas, hanya ritual saja, tapi tidak ke semangat hidup sehari-hari.

Karena itu saya ingin mondok, meski mungkin 2 atau 3 bulan lagi saya lulus SMA. Alhamdulillah untuk pelajaran umum saya tergolong bagus. Sejak SMP nilai yang menonjol 3 pelajaran Agama, PPKN dan Bahasa Indonesia. Untuk 3 pelajaran itu tidak pernah kurang dari angka 8 setiap terima raport.

Mungkin Karena itu juga ketertarikan saya ada pada agama, ilmu social dan bahasa. Jadi kalau saya punya niat mondok juga cukup beralasan.

Persiapan saya belajar untuk Ebtanas (sekarang UN) hanya 2 bulan sebelum ujian. Saya mengambil jurusan IPS. Ternyata lulus dengan NEM tertinggi ke -3 di sekolah (SMU 1 Bondowoso).

Karena niat mondok, saat kelulusan semua teman-teman saya corat-corat baju SMA nya, saya tidak, karena saya datang saat lulusan tidak pakai baju seragam.

Awal Oktober saya masuk Gontor 2. 2 minggu setelahnya,Ibu nelpon, karena saya lulusan 3 besar di sekolah, saya mendapat beasiswa dari jalur PMDK dari 2 universitas, yaitu Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Beasiswa PMDK ini memang hanya didapatkan untuk 3 orang lulusan terbaik setingkat SMU untuk setiap sekolah se – Indonesia. Ibu bertanya, apa saya mau lanjut kuliah atau tetap jadi Capel di Gontor?

Karena saya dari keluarga pas-pasan, uang masuk Gontor 2 dulu, 600 ribu, sangat besar bagi keluarga kami. Tapi ini juga sudah kepalang tanggung, saya punya niat yang kuat untuk mondok. Maka saja jalani, saya tetap menjadi capel di Gontor 2.

Saat nyantri, Alhamdulillah ilmu agama sudah saya dapatkan di Gontor, maka untuk menyalurkan kegemaran saya menulis, saya tuliskan di buku harian. Selama 4 tahun nyantri saya habiskan 6 buku diari. Isinya macam-macam; mulai apa-apa yang say abaca, lihat, alami hingga impian saya setelah lulus.

Di Gontor juga saya merasa dimanjakan karena ada 2 perpustakaan untuk membaca buku. Tapi karena suka baca, saya juga kerap kali beli buku bacaan, apalagi saat ada bazar murah di Kopel. Pernah saat kelas 3 intensiv, saya beli buku saat bazar hamper 70 ribu, mendapat hamper 30 an buku. Lumayan untuk ngemil baca buku selama setahun.

Meski di Gontor saya di pelajaran kurang menonjol, mungkin karena factor usia yang lebih tua (dibanding teman seangkatan lebih tua 3-4 tahun), tapi Alhamdulillah saya bisa lulus. Lulus pengabdian di ISID setahun. Lalu kuliah di STAI di kota kelahiran hingga tamat S 1.

Setelah S1 saya merantau ke Jakarta, akan lanjut S2. Dan benar sudah keterima S2, tapi karena keenakan kerja, akhirnya saya tidak rammpungkan kuliah S2 saya. Apalagi saat itu saya juga mulai mendapatkan kesempatan untuk bekerja sesuai passion saya, penulis. Awalnya saya menulis buku sejarah yayasan Islam yang sudah berusia 100 tahun lebih. Saya juga sempat menjadi editor di sebuah penerbit milik seorang alumni Gontor. Baru setelah itu saya belajar sambil bekerja menulis biografi kepada seorang penulis biografi senior selama 2 tahun.

Cerita selanjutnya saya mulai mencoba membuat jasa penulisan sendiri, yang hingga saat ini tidak terasa saya sudah menjalani profesi sebagai penulis selama 10 tahun, dan membesarkan jasa penulisan saya selama 7 tahun dengan telah membantu puluhan klien, baik personal maupun perusahaan. Spesialisasi saya sebagai penulis biografi, ghost writer dan penulis konten perusahaan.

Semua tentu bukan saya peroleh dengan waktu yang singkat. Karena saya mulai ini semua sejak 10 tahun lalu. Saya memulainya awalnya dengan otodidak, baru menemukan beberapa orang yang menjadi mentor menulis saya.

Supaya proses belajar bisa efisien, mentor memang diperlukan. Blog ini juga saya ingin membagikan ilmu, pengalaman dan berbagai informasi tentang peluang menulis yang makin hari akan terus terbuka lebar.